Human error pun mampu disebakan oleh beberapa faktor, yaitu kecakapan pengemudi yang kurang, tak mematuhi peraturan lalulintas dengan baik, yang mampu diakibatkan alasannya kondisi fisik/mental pengemudi yang kurang fit. Banyak sekali kecelakaan lalulintas yang telah merenggut banyak nyawa hanya gara-gara pengemudi ngantuk, mabuk, kelelahan fikiran dll.
Nah, untuk mengetahui kesiapan pengemudi dalam menjalankan kendaraan yang bekerjasama dengan kondisi fisik, kini telah ditemukan sebuah alat yang berjulukan brainstat. Alat ini akan menguji kesadaran seseorang yang akan mengendarai kendaraan bermotor, apakah kondisinya benar-benar siap, kurang siap atau tidak siap. Banyak pengemudi yang merasa siap menjalankan kendaraan mereka, padahal bahu-membahu ia sedang berada dalam kesadaran yang rendah. Nah dengan brainstat, maka ia akan segera mengetahui kondisi mereka. Kemudian mampu mengambil keputusan yang tak akan sia-sia, menunda perjalanan atau segera berhenti untuk beristirahat, dikala mengetahui kondisinya tak baik untuk mengemudi.
"Brainstat" yakni alat yang dapat mendeteksi gelombang otak ini yakni perangkat inovatif ciptaan anak negeri dari Telkom University (Tel-U) Bandung. Alat ini diciptakan dengan tujuan untuk memonitor keadaan atau kesadaran pengemudi dikala akan maupun sedang melajukan kendaraan bermotor.
Perangkat yyang mampu disebut dengan detektor gelombang otak ini bahu-membahu sudah mulai dirintis semenjak 2011 lalu oleh dosen dan mahasiswa Teknik Informatika Telkom University/Tel-U.
Tim yang terdiri dari mahasiswa Anggunmeka Luhur Prasasti, Boni Yustin Prabowo, Umar Ali Ahmad, Gilang Kusuma Jati, dan Guntoro dan dosen pembimbingnya Dody Qori Utama.
Kehebatan dan manfaat alat ini juga telah membuat Brainstat dan tim Telkom Tel-U mendapat kebanggaan, yaitu meraih juara pertama untuk kategori e-health dalam ajang Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA) 2013 di Jakarta, 1 September lalu.
Aplikasi yang diberi nama Brainstats ini berkerja dengan pemantau kondisi otak dari pengemudi, yang kemudian kesannya akan ditampilkan pada monitor (bisa menggunakan komputer, tablet, maupun smartphone) dengan jelas, apakah pengemudi berada dalam kesadaran yang baik, mengantuk, bahkan kondisi stress.
Cara kerja alat ini yakni dengan cara memantau kondisi gelombang otak/brainwave. Brainwave atau gelombang otak ini akan dibaca oleh Brainstat yang berupa helm dengan alat perekam, dan kemudian diterjemahkan menjadi gosip lengkap bagaimana keadaan pengemudi di layar monitor/komputer tablet atau bahkan ke ponsel keluarganya.
Bukan hanya memonitor melalui layar, brainstats pun akan memunculkan peringatan jika mendeteksi pengemudi terlalu lelah. Akan ada bunyi yang muncul untuk memperingatkan beristirahat, jika pengemudi tetap membandel, makan aplikasi brainstat akan memunculkan video rekaman dari keluarga pengemudi di dashboard mobil.
Bila tak juga berhenti, maka Brainstat secara otomatis mengirim pesan kepada keluarga pengemudi untuk segera menghubunginya.
"Jadi, keselamatan mengemudi akan terjaga, baik menggunakan mobil, motor, bahkan pesawat terbang," kata Dody Qori Utama, dosen yang juga pengembang Brainstat.
Ditambahkan oleh Qori, Brainstat yang dipamerkan dalam ajang INAICTA 2013 telah mengalami pengembangan di sektor meningkatkan secara optimal kerja, sehingga dapat dgunakan di pesawat terbang. Dengan alat ini dibutuhkan keadaan otak pilot selama menerbangkan pesawat akan terpantau.
"Pengembangan lain dilakukan dengan menggunakan teknologi komputasi awan. Ini membuat gosip kondisi sopir bukan hanya mampu dilakukan ke keluarga, namun ke pihak lebih luas misalnya ke kepolisian," katanya.
Tingat akurasi brainstat yakni 90 persen, jadi apa yang diperlihatkan oleh brainstat yakni kondisi emosional dan kesadaran pengemudi. Perangkat ini telah mulai diujicobakan sepanjang 2011 dengan catatan waktu digunakan mencapai 1000 jam.
Sebuah terobosan teknologi gres yang memiliki masadepan cerah, dan yang membanggakan lagi yakni bahwa alat ini buatan anak negeri. Namun pertanyaannya, apakah alat ini mampu efektif untuk menekan angka kecelakaan lalulintas yang semakin tinggi?,,, Semoga saja,,,,